"Latania Nafsul Muthmainnah?" seseorang menanyaiku. Aku sempat terhenyak dan mendadak berhenti mengetik.
"Na'am, saya Tania. Maaf, Anda siapa?" balasku ketus. Aku sempat sebal dengan caranya bertanya yang mengagetkanku. Tanpa salam terlebih dahulu pula.
"Saya.......saya................. Abdullah."
"Abdullah? Abdullah siapa?" tanyaku penasaran.
"Tetangga barumu. Hm, maaf mungkin saya pamit dulu. Sedang ada urusan di rumah. Lain kali, insyaa Allah saya main lagi kesini. Salam untuk Ibu,Bapak dan kakakmu."
Aku kembali merasa heran sekaligus bingung. Katanya tetangga baru, tapi kenapa ia sudah tahu seluruh anggota keluargaku yang hanya terdiri Bapak,Ibu,dan seorang kakak laki-laki? Ah,mungkin dia sudah terlebih dahulu kenal Bapak dan mas Fahrul sebelumnya. Fikirku.
# # #
Seluruh kehidupanku berubah drastis dalam masa 2 tahun lalu. Saat aku hendak memberi kabar walidain-ku tentang khobar kelulusan masa putih abu-abu dengan predikat "cumlaude", tapi nyaris saja hidupku berakhir. Sebuah truk yang sore itu ugal-ugalan di jalan sepi dekat rumah melindas kaki kiri & saat truk itu oleng, serpihan-serpihan kaca yang pecah tak disangka mengenai 2 kornea mataku. Dan alhasil, saat ini aku duduk di kursi roda dengan penglihatan yang nol alias aku mengalami kebutaan permanen.
Setelah kurang lebih setahun tersuruk dalam jalan keputus asaan, Bapak dan Ibu akhirnya memutuskan untuk pindah rumah ke Ungaran, Semarang. Kami mengontrak rumah sederhana tapi menjadi tolak awal perjuanganku tuk kembali bangkit. Disinilah, bara semangatku yang dulu punah, sekarang bermetamorfosis menjadi semangat hidup yang menggebu-gebu. Meski tak bisa melihat, aku tak berhenti menulis. Mas Riza yang mulai awal kepindahan ke Ungaran sudah pontang-panting cari kerja, akhirnya ia berikan gaji awalnya tuk membelikanku sebuah laptop. Katanya, kami harus berjuang sama-sama. Aku menulis agar bisa menghasilkan uang juga. Begitu katanya. Ku turuti ia, karena menurutku menulis adalah organ tubuhku yang tak dapat kutinggalkan begitu saja. Draft-draft cerpen/puisi yang dulu kusimpan di flashdisk (sebelum kecelakaan itu) ku edit ulang. Mas Fahrul bersedia membantuku membacakan. Lalu, kukirim draft-draft itu ke 21 perusahaan jurnalistik swasta di Semarang. Dan 19 perusahaan swasta itu menolakkiu. Masih tersisa 2 perusahaan yang belum memberi konfirmasi tentang buah imajinasiku itu. Ku tunggu dengan sabar, hari demi hari,akhirnya ada Allah masih menyayangiku. DIA memberiku kabar gembira.Dua perusahaan itu memutuskan untuk memuat karyaku. Dan sebagai imbalannya, mereka memberiku komisi yang cukup lumayan. Selanjutnya, 'kecanduanku' berimajinasi ternyata menarik 2 perusahaan swasta itu untuk mengontrakku. Yang satu ingin aku menjadi editor tetap, yang satu menginginkanku untuk berkarya lebih banyak lagi. Kuputuskan, memilih menjadi novelis lokal yang masih bau kencur. Alhamdulillaah, gajinya bisa sedikit membantu ekonomi keluarga yang akhir-akhir ini pasang surut.
Hampir 2 tahun kami hidup tenang di daerah dataran tinggi kota Semarang ini, dan babak baru dimulai dengan kehadiran pria misterius itu.
Aku masih ingin tahu, siapa namanya yang sebenarnya? Aku fikir sedikit mengenali suaranya, tapi aku lupa. Ia bilang Abdullah, kurasa hanya nama samaran. Saban hari ia datang kerumah, menungguiku dengan diam saat aku mengetik sebuah puisi atau cerpen. Hingga aku usai, ia baru mengeluarkan suara yang selalu saja mengagetkanku. Sepertinya ia sangat tahu aku. Aku yang tak suka diganggu saat berimajinasi, aku yang malu saat karyaku yang belum jadi seutuhnya dibaca orang lain, dan lain-lain.
Dia... kadang keceplosan memanggilku 'ukhti'. Dan yang membuatku takut adalah hipotesis-ku saat ini memaksaku untuk mendakwanya sebagai 'orang itu'. Orang yang 2 tahun lalu masih menjadi sesosok berarti. Orang yang menjadikan hidupku penuh warna seperti halnya pelangi dalam batas-batas syari'ah Islam.
Tapi...aku tak mau kembali membuka luka itu. Mengumbar kembali luka yang sekian lama berusaha kututup rapat dengan perban kenyataan.
Mungkinkah....dia,yang mengaku Abdullah adalah.................................................................................?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar