Kamis, 07 April 2011

:: Fajar-Nya yang Memukau ::


Menilik ni'mat-Nya,


Yang biasa begadang mempunyai presentase kecil menikmati indahnya sang fajar. Yang terbiasa bangun pagi buta, insyaa Allah beruntung! Bagaimana tidak? coba saja qobla subuh, kalian coba pandangi peralihan warna langit dari hitam pekat menjadi siluet biru tua yang sungguh mempesona! Aku selalu mengagumi sang fajar, tak kalah menarik dengan senja sih.. Tapi lebih memikat fajar. Begitu sempurna Allah 'azza wa jalla menciptakan keindahan semesta.



Kebetulan disamping rumahku ada sebuah kebun kecil, saat masih sepi ba'da subuh aku suka sekali keluar menghirup sejuknya hawa peralihan malam menjadi pagi. Sesekali, masih terdengar suara binatang-binatang kecil yang serasa ikut bertasbih. Daun-daun yang melenggak-lenggok menggeliat manja tatkala dingin pagi menyapa. Di pucuknya, menggantung indah sang embun. Dan kebiasaanku lain yang tak kalah menarik, mendekat ke arah embun tsb lalu menyentuhnya. Dan.....rasakan sensasinya!



Aih, benar-benar....... sang fajar menyihirku. Memaksakan semangat yang tiba-tiba muncul dan keoptimisan yang sungguh luar biasa menghadapi hari nanti, esok,dan selanjutnya. Seolah, sang fajar itu bergumam lantang dengan penuh bara semangat "Awali harimu dengan bersyukur pada Allah, dan tersenyumlah menanti tantangan hidupmu! Hari ini, esok, dan masa depan!" #Yah,kurang lebih begitulah... ^_^



Hm.. ckckck... Alchamdulillaahirobbil 'aalamiin.. ENGKAU masih mengizinkanku merasakan ni'mat-Mu yang tak terkira, yang tak terbatas.........
I LOVE ALLAH EVER AFTER... #poreper daaahh... :')



Kudus, 08 April 20011/04 Jumadil Awwal 1432H
@05.30 am
Oleh :: Khunnas Al-Lail

Minggu, 03 April 2011

:: Tentang Diary ::


 Assalaamu'alaikum teman-teman...

Afwan,baru sempet posting (lagi).. ^_^

Kali ini saya ingin disscuss tentang apa itu diary. Definisi diary macem-macem. Check in mbah google juga bisa! Tapi, saya tidak akan berpanjang lebar menjelaskan apa sebenarnya diary.
Kebanyakan orang terkadang berfikir, menulis di buku diary tak berguna. #siapa yg berfikiran seperti itu angkat kaki!!!! Hahah.. just kidding >,<
Sebagian orang lagi ada yang berfikiran menulis di diary itu sebuah kebutuhan. Yang asalnya tersier changing sekunder, changing lagi menjadi PRIMER alias KEBUTUHAN POKOK. Yap!! One of them saya sendiri?!? #Hehehe.... : )

Diary sebenarnya banyak manfa'at kok, kawan.. Nggak percaya?! Adain ajah sebuah observasi kecil"an... Gini, bagi yang hobi nulis ndak usah dibahas. Tentu mereka bersikap pro tentang nulis diary. Sedangkan yg kontra, it's okay... Mungkin saat ini kalian belum begitu minat dengan buku kecil berisi journey of your life. Baca dulu sejenak my opinions.. ^_^

Saat kau menemui suatu problematika yang sangat berarti dalam hidupmu, (entah senang/sedih), tanpa kamu sadari saraf otakmu otomatis menyimpan scene yang terjadi kala itu. Lah, begitulah kuasa Allah Yang Maha Kuasa, mengatur tiap sel-sel seluruh tubuh kita. Moment-moment happy or sad-mu akan terekam permanen hingga suatu hari engkau akan mengingat kembali hal tsb. Cenderung sebagian mereka cuma ingin ingat di otak aja tanpa harus ada sebuah bukti otentik yang bisa kau buka kembali di masa tua-mu..

Naahh... salah 1 alasan bahwa nulis di diary itu menarik! Suatu saat,jika kamu telah berumur, kau bisa bercerita sembari menunjukkan bukti otentikmu itu (red;diary). Other advantages are; seandainya kau sedang mengalami masa "surut" dalam hidupmu,lalu kau biarkan tangan ini menuliskan segala uneg-uneg itu, saya jamin.. eh, insyaa Allah aja deh #hhehe... Insyaa Allah bebanmu sedikit berkurang. Rasanya kau seperti berharap pertolongan kepada Allah. Dan itu, tentu saja akan membuat ke-optimisan dirimu. Trust me, MENULIS ITU INDAH! MENULIS ITU MENYENANGKAN!


Terkadang, saya suka tersenyum sendiri liat tumpukan diary-ku dari mulai SD! Ketaksengajaan saat kau bersih-bersih atau sedang mencari sesuatu, pandanganmu akan teralihkan sejenak pada buku diary yang kau temukan diantara tumpukan buku-buku usang. Refleks,kau menghampirinya. Lalu, ada perasaan ingin tahu "apa sebenarnya yang pernah ku tuliskan dulu di diary ini?" #betuul kaaann.....???
Lembar demi lembar kau buka dan baca, lihat! Kau sedang tersenyum sendiri.. #Eittts... bukan orgil lho ya?!!
Lucu kufikir... berbagai point of view dari masalalumu dibahas kembali dibuku itu. Dan secara tidak langsung itu memotivasi diri kita sendiri tuk jadi lebih baik dari hari kemarin.

Hm... rasanya sudah cukup mungkin ya saya menuangkan beberapa bait pendapatku #ceeiilee...bait?emang lagi bikin puisi apa??! -.-" Huufftt.... : )

It's really...really menyenangkan saat kau menulis. Jemari yang menari indah bersama pena berkarat di sebuah lembaran usang nan sederhana... Berimajinasi menjadi dirimu sendiri, menuangkan segala gundah atau duka.. Mencurahkan perasaan bahagia, terharu, atau bahkan kekaguman terhadap seseorang. Do it! Itu bisa menjadi alternatif untuk tetap mempunyai sebuah privasi dalam hidup kita. Karena sebisa mungkin kita menjaga diary tsb dari orang-orang yang belum ingin kita beri tahu (red;teman,sahabat,keluarga,etc). Hanya Allah dan diri kita sendiri yang tahu. Menyenangkan! Tapi, bagi kalian yang punya sifat ceroboh seperti saya... #oppss..!
Yaahh.....resiko ditanggung sendiri. Pinter-pinter menjaga buku journey of our life..

Akhirul kalimah, semoga bermanfa'at.. Please, jangan marah atau dongkol kalau kalian ada yang tersungging, eh, maksud saya tersinggung jika ada kalimah-kalimah saya yang kurang berkenan dihati pemirsa seeemuuuuaa......... #Heheheh... pisz! ^_~

Ilal liqo' wahai saudara/i-ku... ^_^

>>By: Khunn@s Al-L@iL




Jumat, 01 April 2011

:: Kado Untuk Matahariku ::

Memori yang tersimpan
dari bayi hingga dewasa
Kini ku ungkit hanya untukmu
Karena pula jasa-jasamu

Sampai kapan pun tak kan bisa
Membalas peluh lelahmu
yang kau korbankan hanya untukku
Karena aku permata hatimu

Kata mereka diriku kesayangannya
Kata mereka diriku pujaan hati
Tuhan... trima kasih untuk-Mu karena Ibu..
Tuhan... bahagiakan Ibu seumur hidup

Kata maaf terucap
Atas semua khilaf raga
yang selalu jadi beban Ibu
Membuatnya terluka

Oh..Ibu, ku slalu cintaimu
Kan hingga kita bersama di surga nanti.

Masih Tak Berjudul #Part One

"Latania Nafsul Muthmainnah?" seseorang menanyaiku. Aku sempat terhenyak dan mendadak berhenti mengetik.
"Na'am, saya Tania. Maaf, Anda siapa?" balasku ketus. Aku sempat sebal dengan caranya bertanya yang mengagetkanku. Tanpa salam terlebih dahulu pula.
"Saya.......saya................. Abdullah."
"Abdullah? Abdullah siapa?" tanyaku penasaran.
"Tetangga barumu. Hm, maaf mungkin saya pamit dulu. Sedang ada urusan di rumah. Lain kali, insyaa Allah saya main lagi kesini. Salam untuk Ibu,Bapak dan kakakmu."

Aku kembali merasa heran sekaligus bingung. Katanya tetangga baru, tapi kenapa ia sudah tahu seluruh anggota keluargaku yang hanya terdiri Bapak,Ibu,dan seorang kakak laki-laki? Ah,mungkin dia sudah terlebih dahulu kenal Bapak dan mas Fahrul sebelumnya. Fikirku.


# # #

Seluruh kehidupanku berubah drastis dalam masa 2 tahun lalu. Saat aku hendak memberi kabar walidain-ku tentang khobar kelulusan masa putih abu-abu dengan predikat "cumlaude", tapi nyaris saja hidupku berakhir. Sebuah truk yang sore itu ugal-ugalan di jalan sepi dekat rumah melindas kaki kiri & saat truk itu oleng, serpihan-serpihan kaca yang pecah tak disangka mengenai 2 kornea mataku. Dan alhasil, saat ini aku duduk di kursi roda dengan penglihatan yang nol alias aku mengalami kebutaan permanen.
Setelah kurang lebih setahun tersuruk dalam jalan keputus asaan, Bapak dan Ibu akhirnya memutuskan untuk pindah rumah ke Ungaran, Semarang. Kami mengontrak rumah sederhana tapi menjadi tolak awal perjuanganku tuk kembali bangkit. Disinilah, bara semangatku yang dulu punah, sekarang bermetamorfosis menjadi semangat hidup yang menggebu-gebu. Meski tak bisa melihat, aku tak berhenti menulis. Mas Riza yang mulai awal kepindahan ke Ungaran sudah pontang-panting cari kerja, akhirnya ia berikan gaji awalnya tuk membelikanku sebuah laptop. Katanya, kami harus berjuang sama-sama. Aku menulis agar bisa menghasilkan uang juga. Begitu katanya. Ku turuti ia, karena menurutku menulis adalah organ tubuhku yang tak dapat kutinggalkan begitu saja. Draft-draft cerpen/puisi yang dulu kusimpan di flashdisk (sebelum kecelakaan itu) ku edit ulang. Mas Fahrul bersedia membantuku membacakan. Lalu, kukirim draft-draft itu ke 21 perusahaan jurnalistik swasta di Semarang. Dan 19 perusahaan swasta itu menolakkiu. Masih tersisa 2 perusahaan yang belum memberi konfirmasi tentang buah imajinasiku itu. Ku tunggu dengan sabar, hari demi hari,akhirnya ada Allah masih menyayangiku. DIA memberiku kabar gembira.Dua perusahaan itu memutuskan untuk memuat karyaku. Dan sebagai imbalannya, mereka memberiku komisi yang cukup lumayan. Selanjutnya, 'kecanduanku' berimajinasi ternyata menarik 2 perusahaan swasta itu untuk mengontrakku. Yang satu ingin aku menjadi editor tetap, yang satu menginginkanku untuk berkarya lebih banyak lagi. Kuputuskan, memilih menjadi novelis lokal yang masih bau kencur. Alhamdulillaah, gajinya bisa sedikit membantu ekonomi keluarga yang akhir-akhir ini pasang surut.

Hampir 2 tahun kami hidup tenang di daerah dataran tinggi kota Semarang ini, dan babak baru dimulai dengan kehadiran pria misterius itu.
Aku masih ingin tahu, siapa namanya yang sebenarnya? Aku fikir sedikit mengenali suaranya, tapi aku lupa. Ia bilang Abdullah, kurasa hanya nama samaran. Saban hari ia datang kerumah, menungguiku dengan diam saat aku mengetik sebuah puisi atau cerpen. Hingga aku usai, ia baru mengeluarkan suara yang selalu saja mengagetkanku. Sepertinya ia sangat tahu aku. Aku yang tak suka diganggu saat berimajinasi, aku yang malu saat karyaku yang belum jadi seutuhnya dibaca orang lain, dan lain-lain.
Dia... kadang keceplosan memanggilku 'ukhti'. Dan yang membuatku takut adalah hipotesis-ku saat ini memaksaku untuk mendakwanya sebagai 'orang itu'. Orang yang 2 tahun lalu masih menjadi sesosok berarti. Orang yang menjadikan hidupku penuh warna seperti halnya pelangi dalam batas-batas syari'ah Islam.

Tapi...aku tak mau kembali membuka luka itu. Mengumbar kembali luka yang sekian lama berusaha kututup rapat dengan perban kenyataan.

Mungkinkah....dia,yang mengaku Abdullah adalah.................................................................................?

Masih Tak Berjudul #Part Two

"Lho, Na, bukannya Pak Jamal kemarin menghubungimu? Katanya ia ada tawaran bagus." kata mas Fahrul disela-sela aku membereskan mukena ba'da sholat Isya'.
"Pak Jamal? Ngapain mas?" tanyaku.
"Waduh, mas juga kurang tahu. Mas saja diberitahu sama neng Fira."
"Ehem... neng Fira lagi euy... seberapa dekat kalian mas? Jangan ditunda-tunda, ndak baik."
"Maksudmu apa,Na?"
"Hehehe... maksud Na, mas itu mbok ya jangan kelamaan meng-khitbah neng Fira-nya. Kasihan tahu!"
"Ckckck... sejak kapan kamu bisa nyeramahin mas-mu ini? Huh..."
"Bukan nyeramahin donk ini namanya. Na cuma ingin mas ndak terlalu fokus sama kerjamu mas. Mbok ya sekali-kali mikir diri sendiri. Ya kan, Bu?" Ibu yang sedari tadi menata meja makan hanya senyam-senyum.
"Mau dikasih makan apa neng Fira-nya...? Wong mas aja belum punya banyak tabungan."
"Yang dibutuhkan agama untuk sebuah pernikahan itu bukan banyak harta,masku sayang... Tapi, dzlohir yang cukup. Garis bawahi tuh kata 'cukup'. Bukan banyak... kalau banyak,yang ada ujung-ujungnya bisa jadi madlorot."
"Oke...oke bu ustadzah... Mas percaya deh sama kamu.. Wis, do'anya saja yah. Semoga Allah memantapkan hati mas untuk itu."
"Oke deh..!! Na tunggu kabar bahagianya lho! Eh mas, Na mau tanya sesuatu... Sini..." kataku sambil sedikit berbisik.
Mas Fahrul mendekat.
"Apa?"
"Tetangga baru kita itu nama lengkapnya siapa? Kok kayaknya Na kenal,mas?"
"Ooo......................"
"Kok cuma 'Ooo....'?"protesku.
"Hm, tanya sendiri tho... Masa' mas yang musti tanya? Kamu kan udah gede,Na.."
"Huh... mas Fahrul gitu sekarang. Main rahasia2-an sama aku."
"Hehehe......."
"Liat aja, aku bocorin sama neng Fira kalau mas Fahrul itu suka kentut sembarangaaaaan........!!!"
"Hus!!! Awas kamu Na,kalau sampai bocorin itu ke neng. Tamat riwayatmu!!" ancam mas Fahrul dalam nada guyon.
"Eh,Na.. besok budhe & pakdhe Sholeh sekeluarga mau sowan kesini. Kamu dirumah kan?"
"Sekeluarga? berarti sama Dik Tio, mbak Hirza, mbak Sabrina sama mas.............."
"Iya, sama mas Wildan juga. Seminggu yang lalu mas Wildan udah boyong dari ponpes. Dia udah cukup ilmunya. Mungkin sekarang udah ngerasa saatnya untuk mengamalkan ilmunya. Mas jadi ndak sabar ketemu sama mereka. Terutama mas Wildan."kata mas Fahrul dengan nada yang sangat antusias.

Mas Wildan, sepupuku yang 2 tahun lalu menjadi sepupu terbaikku. Dia juga termasuk secuil mozaik yang ku kubur lama-lama agar tak membuatku kembali ingat pada 'orang itu'. Ya, melalui mas Wildan yang baik hati itulah, 'orang itu' membuatku melambung.

Yaa Robb... kenapa tiba-tiba semua luka yang hampir sembuh itu kembali KAU buka? Bukankah saat ini hamba sedang berada di ketenangan hidup setelah sederet musibah 2 tahun lalu? Ataukah ini uji-Mu tuk yang kesekian kali??
Kuatkan hamba-Mu ini........

Senja, Lembah Duka Kami

Sore itu...
Aku menunggumu dalam batas waktuku
Menanti secercah cakrawala yg kan kita nikmati bersama
Lagi... di kemudian hari..
Sore itu... ku tunggu Tuhan berbelas kasih padamu
Agar DIA melihat ketersiksaanmu diruang itu
Dan supaya kelopak matamu kembali bersinar
Sore itu...
Kami menciumi tangan pucatmu
Berselimutkan hawa kematian
Berdindingkan pesona duka berkabung
Kau diam, terbujur kaku hingga ku terpaku
Sampai kering kerongkongan ini meneriakimu
Menghunjammu dengan jeritan tangis yang menggaung
Akan tetapi....
Kau masih angkuh!
Menutup mata meninggalkan kami sendiri.............

Kudus, 1 Maret 2011
Pemain imajinasi :: Khunnas Al-Lail